Sepucuk perasaan tertinggal disudut
Hanya tersisa sejumput menunggu untuk dijemput
Kala kau memudar dari rengkuhanku
Ada yang tertahan terbilang terpaut jarak dan waktu
Rindu.
Sesuatu itu,
Menjadikanku bodoh untuk memastikanmu
Memastikan, kau baik-baik saja
Bahkan dikala kesenyapan ini,
Menyesap memenuhi rongga rusukku
Namun masihlah,
Sesudut ruang untukmu,
Boleh terisi hanya olehmu
Semesta,
Yakinkanlah aku untuk terbiasa
Terbiasa bergerak
Kala semula,
Raga ini terpatri saat perasaan itu berdesak-desakan
Kala kau melintas melewatiku
Yang terpaku karenamu
Semesta,
Tolonglah aku untuk berdiri
Berdiri dari jatuh sepihakku ini
Kala semula,
Jatuhku terobati oleh keberadaan bayanganmu
Bayangan yang segelap malam
Segelap malam bersinar bulan
Sebentuk sabit yang melengkungkan senyummu
Bisuku tetap terdiam
Hingga semesta menggariskan sketsamu dalam bentuk lain
Berupa bayangan yang selalu terkenang
Sebab itu caraku untuk pulih
Kala waktuku tiba untuk berdiri
Melangkah menjauh dari gelap tanpa sabit senyummu
Menyisakan tapak hingga pudar membentuk fatamorgana
Saat semesta tak lagi mengatur pertemuan kita
Kala semula,
Tatapan sederhana yang sesering itu
Sesederhana kilat bayangmu yang terdeteksi oleh radarku
Walau mataku ditutup
Andai telingaku disumbat
Tetap bisa kuketahui perihal keberadaanmu;
Tekstur suaramu yang serupa beludru
Pendengaranku yang berfungsi sempurna saat lisanmu merapal namaku,
Sebab udara di sekitar bergetar dan berdenyar saat kau ada
Hingga terselip rindu menyesap di antaranya
Di antara jarak yang menghitung beda detikmu dan detikku
Lalu hilang
Lalu senyap
Berpendar memudar dari sorot lensaku
Tertutup kabut tak tersingkap dari rindu yang menggebu
Terima kasih, telah menyematkan semangat di hari Jumat.
0 comments:
Post a Comment